Sejak Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richer dan tsunami mengguncang Kota Palu- Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, keluarga besar JPIC Fransiskan Indonesia turut peduli dan ikut ambil bagian dalam meringankan beban para korban gempa bumi dengan menyalurkan bantuan tenaga maupun logistic secara langsung.
Tarekat religious Fransiskan Indonesia yang ikut terlibat menjadi tenaga relawan antara lain Kongregasi SFD, FCJM, OSF Sibolga, FMM dan FSGM. Mereka adalah Para Suster yang selama ini berkarya sebagai tenaga perawat di Kongregasi masing-masing. Kongregasi SFD mengutus Sr. Emmanuella Ginting SFD dan Sr. Mediatrik Tinambunan SFD ikut dalam misi tersebut. Selain itu dalam tim juga ikut beberapa relawan Dokter muda dan relawan medis awam dari berbagai keyakinan ( Hindu, Islam, Protestan).
JPIC Fransiskan
Indonesia (Justice, Peace, and Integration of Creation) merupakan lembaga keluarga
Fransiskan Indonesia yang bergerak dalam kepedulian dan pembelaan pada
Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan berdasarkan Spiritualitas St.
Fransiskus Asisi.
Dengan misi kemanusiaan dan dijiwai oleh semangat bela rasa, maka pada tanggal 20 Oktober 2018 rombongan dari Medan berangkat ke Jakarta dan bertemu dengan saudari Fransiskan lain di biara FSGM. Pada tanggal 22 Oktober 2018 rombongan berangkat menuju Manado ke komunitas suster DSY dan pada tanggal 23 Oktober rombongan berangkat menuju Palu dengan mengawal bantuan logistic 4 truk dan tiba di Palu tanggal 25 Oktober 2018.
Sebelum kehadiran relawan JPIC Fransiskan Indonesia, para suster JMJ dan PBHK serta beberapa relawan awam sudah hadir membantu para korban bencana alam di Palu.
“Sebenarnya jarak
tempuh Manado – Palu bisa dicapai sampai 1 hari
1 malam dengan jalur darat, tetapi karena tim relawan mengawal bantuan logistic berupa
obat-obatan, susu dan bahan makanan maka membutuhkan waktu yang agak lama”,
kata Sr. Mediatrik Tinambunan SFD yang ikut dalam rombongan tersebut.
Sesampai di Palu rombongan bergabung dengan Posko St. Maria untuk melakukan pelayanan kesehatan. Untuk selanjutnya rombongan melakukan pengobatan dari dusun ke dusun dengan medan yang sangat menantang karena mobil yang mereka tumpangi harus melewati sungai besar dan jalan terjal serta licin. Namun semangat mereka tidak pernah padam dan terus berkobar-kobar untuk berjumpa dengan warga desa yang membutuhkan uluran tangan dan sentuhan kasih.
Desa-desa yang mereka datangi antara lain Desa Pengawu Rt 4, Kayumalue dusun Ngapa, Desa Layana, Desa Sipeso Pantai Barat, dll. Selain pengobatan, mereka juga mendampingi anak-anak dengan memberi pendampingan trauma healing lewat gerak dan lagu, motivasi dan lewat gambar.
Disamping itu, mereka juga rajin mengunjungi korban gempa yang masih berada di tenda pengungsian dengan ikut membantu memasak di dapur umum dan melakukan pemeriksaan kesehatan serta membagi-bagi sembako dan susu untuk anak kecil.
Situasi pemeriksaan kesehatan di Rutan |
Untuk waktu selanjutnya, tim melakukan kunjungan ke Rutan Maesa Sulteng dan mengadakan ibadat sabda bersama serta dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan di Rutan (penjara). Tim juga langsung mendatangi tempat kejadian gempa dan mendoakan korban yang telah meninggal dunia.
Bersama anak-anak |
Demikianlah mereka dipanggil ikut berbela rasa untuk meringankan beban korban gempa bumi Palu Sulawesi Tengah sejak 25 Oktober s/d 7 November 2018. Mereka terpanggil untuk memberikan sentuhan kasih dan hadir untuk meringankan beban sesama lewat seyuman, sapaan dan juga kata-kata yang menguatkan hati sesama yang menderita.
Mereka berbela rasa menembus batas-batas tanpa memandang agama, suku bahasa dan ras. Sungguh mereka merasa senang dan bahagia turut ikut ambil bagian dalam solidaritas kemanusiaan tersebut.
Seperti apa yang dirasakan oleh Sr. Mediatrik Tinambunan SFD, “ bagi saya pengalaman ini sangat bermakna dan memampukan saya semakin bisa bersyukur dan tetap bersemangat dalam menjalani hidup panggilan. Melihat, mendengarkan dan menemani mereka yang mengalami musibah ini, membuat hati saya menangis. Bersama saudara kita St. Fransiskus Assisi kami dengan sepenuh hati memberi diri untuk melayani mereka dan memohon kepada Tuhan semoga saudara/i kita yang terkena bencana diberi kekuatan dan mereka cepat dipulihkan dari trauma mereka”.
Semoga ya semoga…….(gio)
Video
/fa-clock-o/ TRENDING$type=list
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
Sejarah Lahirnya SFD di Dongen Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes Dongen mulai terbentuk akibat Revolusi Perancis pada tahun 1789...
-
Pembaharuan Kaul Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggi...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0
RECENT$type=list-tab$date=0$au=0$c=5
REPLIES$type=list-tab$com=0$c=4$src=recent-comments
RANDOM$type=list-tab$date=0$au=0$c=5$src=random-posts
/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...