Komunitas SFD Pulau Jawa


Komunitas-komunitas yang ada di pulau Jawa:
1.     Komunitas SFD Pusat “Komunitas St. Fransiskus”- Yogyakarta
2.     Komunitas San Damiano Pati
3.     Komunitas Rivo Torto Boyolali
4.     Komunitas Studen Fonte Colombo Yogyakarta
5.     Komunitas Gita Sang Surya Tigaraksa

1.     Komunitas SFD Pusat “Komunitas St. Fransiskus”- Yogyakarta
Sejarah singkat
Rumah pusat ini berdiri pada bulan Nopember 1998. Rumah ini diawali sesudah diputuskannya hasil kapitel pada tanggal 15 Juli 1998, sebagai SFD Indonesia, awal unifikasi. Dalam kapitel diputuskan juga nama baru Kongregasi SFD Indonesia dari nama “ Suster- suster Fransiskanes Dongen” menjadi nama baru yakni: “Suster- suster Fransiskus Dina ( SFD ) pada tanggal 14 Juli 1998. Biara Pusat ini sebagai tempat Dewan Umum rapat rutin dua bulan sekali, juga sebagai tempat pertemuan pembinaan pulau Jawa, selain itu juga merupakan tempat transit bagi para Suster dari berbagai komunitas.
Pada tanggal 17 April 2007, Suster- suster Fransiskus Dina dinyatakan sebagai Tarekat Religius Tingkat Diosesan yang mandiri
2.     Komunitas San Damiano Pati
Sejarah singkat
Ketika Muder Rudolphine dan Sr. Clementina dalam tahun 1957 mengadakan visitasi, maka dipertimbangkan  suatu kemungkinan besar membuka cabang baru dan novisiat di Jawa. Pengorbanan Komunitas Banjarmasin, dan kerelaan tiga suster:
1.       Sr. Josephina Jacobs
2.       Sr. MariaPetra Brouwers
3.       Sr. Emmanuel Claerhoudt Diponegoro 79 Pati, pada tanggal 14 Juli 1958.
Perkembangan yang memberi harapan, menuntut kita meninggalkan rumah lama, berangkat ke rumah novisiat yang baru, di Jalan Panglima Sudirman 203 Pati, dengan nama yang baru “ Susteran dan Novisiat San Damiano”.
“Hatiku tergerak oleh belas kasihan..............” (Markus 8 : 2)
Awal pelayanan bagi orang kecil dan melarat yang sakit. Sebuah garasi menjadi “ladang”  tumbuhnya  “benih” belas kasih yang berkembang menjadi “ Rumah Pengampunan “ orang sakit dan terlantar yang terletak di lingkungan biara/susteran.
Seorang gembala kambing mengetuk pintu biara .........mohon belas kasihan, minta obat, .........mengharapkan penyembuhan.
Perhatian terhadap orang kecil dan sakit lebih dikembangkan dengan membuka Balai Pengobatan Salus Populi untuk melayani masyarakat di Pati.
“Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama: janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara sederhana. Janganlah   dirimu pandai”. ( Roma 12:16)
Kerjasama antara Suster dengan pemerintah dan Bruder MTB berhasil dirintis dan dijalin dengan membuka Poliklinik “ Sani” bagi penderita kusta. Perkembangan lebih lanjut untuk memperhatikan para penderita kusta, kemudian direalisir suatu Proyek Rehabilitasi kusta. Mereka yang sudah sembuh dibina agar dapat mandiri dan diterima kembali  masyarakat. “RUMAH KENCANA” doakanlah kami.“ Peduli pada kehidupan “mendorong suster untuk membantu ibu yang melahirkan dan anak yang baru dilahirkan. Pada tgl 10 Mei 1971 Rumah Bersalain: “ PANTI RUKMI” Pati dan pada tanggal 10 Februari 1973 Rumah Bersalin Panti Rukmi diresmikan.
Visi        
Persekutuan religius yang mengimani Allah adalah Bapa yang mencintai dengan menjunjung tinggi   nilai-nilai persaudaraan sejati berlandaskan Injil Tuhan Yesus yang diwujudkan dalam hidup harian.
Misi        
Membangun komunitas religius yang meneladan Yesus Kristus, dengan
a.        Memperdalam hidup doa, menjadikan hidup penuh syukur. (Konst. 31)
b.        Menyeimbangkan waktu bersama, kerja dan kesenggangan.  (Konst.12)
c.        Kerelaan membaharui diri terus menerus melahirkan cinta yang selalu baru,penuh kegembiraan.
d.       Menciptakan persaudaraan sejati, memiliki kerahiman hati, rendah hati, mampu bekerja sama, menjaga nama baik suster.
e.        Mengembangkan sikap kedinaan, dengan menjadi yang paling dina dalam pergaulan dengan sesama saudara. (Konst. 9)
f.         Pemberian diri yang tulus nampak dalam kesederhanaan.
g.       Peka dan terbuka terhadap kebutuhan dan kesulitan sesama, serta siap menghadapi perubahan jaman, tidak mandeg. (Konst. 11)
h.       Mewujudkan suatu kerjasama yang subur dengan kehadiran ditengah masyarakat dan Gereja. (Konst. 4,45)
i.         Memberikan tempat bagi pelayanan dan pemberdayaan orang kusta, orang jompo, orang sakit, kecil, lemah, miskin, tersingkir, kaum muda, perempuan, bersama orang lain.

3.     Komunitas Rivo Torto Boyolali
Sejarah singkat
Komunitas Rivo Torto Boyolali berdiri pada tanggal 1 Januari 1969. Pada saat itu Suster adalah Sr. Margriet Alina SFD dan Sr. Lidwien Sri Murni SFD. Pada saat itu, komunitas belum memiliki rumah. Maka, kedua suster  kos/menumpang di rumah bapak Gita Sumanto selama kurang lebih 1.5 bulan. Pertengahan Februari 1969, para suster pindah ke rumah sendiri, meskipun masih sangat sederhana (dindingnya dari papan yang sudah tua). Dirumah yang sederhana ini, ditambah dua orang suster untuk memperkuat barisan di komunitas Boyolali yang baru saja dirintis. Kedua suster itu adalah: Sr. Maria Petra SFD dan Sr. Anita Lestari SFD. Kurang lebih dua tahun rumah yang baru selesai dibangun, rumah yang sampai sekarang di  tempati  oleh para suster atau yang lebi dikenal umat dengan nama susteran SFD, yang beralamat di jalan Merbabu-Singerejan Boyolali. Pada saat itu para suster berkarya di bidang pendidikan (menjadi tenaga pengajar) di: TK dan SD Keluarga, SMP Slamet Riyadi dan SMA Kanisius. Selain sebagai tenaga pengajar, para juga berpastoral di Paroki HTB Santa Perawan Maria Boyolali.
Visi:
Komunitas religius menjunjung tinggi nilai persaudaraan Fransiskan yang menjadi dasar pelayanan terhadap Gereja dan masyarakat (Konst. 3.03)
Misi:   
Menciptakan persaudaraan dalam komunitas yang berlandaskan cinta kasih Kristus dengan:
a.     Setia dalam hidup doa dan menciptakan keheningan lahir dan batin.
b.     Mau mengampuni.
c.      Menerima kelebihan/kekurangan dan saling menghargai satu sama lain.
d.     Rela menerima teguran dengan penuh kerendahan hati.
e.      Hidup sederhana dan tidak menuntut.
f.       Setia dan rela membuka diri bagi pelayanan gereja dan masyarakat sesuai perkembangan jaman.
g.     Dengan tulus dan kesungguhan  memberi perhatian, khusus pada anak didik yang kurang mampu.

4.     Komunitas Studen Fonte Colombo Yogyakarta
Sejarah singkat
Komunitas di jalan Rajawali Yogyakarta lahir di jalan Babasari pada tanggal 26 Maret 1991. Komunitas studi ini lahir sebagai keinginan untuk bersatu menjadi satu kongregasi, setelah berpuluh-puluh tahun merupakan dua regio. Sr. Lidwien yang pertama kali yang menempati rumah studi itu, dan sekaligus menjadi pemimpin komunitas. Sementara Sr Hyasinta Tumanggor beberapa bulan menemani para suster student lebih dulu, sebelum Sr Lidwien menetap di Yogyakarta. Usaha dua regio menjalin komunitas ini mempersatukan hati, memadu pendapat yang mejadi harapan dan idaman sekarang telah terwujud, dua regio telah bersatu dan mandiri. Kongregasi SFD mau mempersiapkan suster muda untuk mengabdi dengan anugerah dan bakat yang dikembangkan bersama- sama dalam kongregasi, ikut ambil bagian dalam pelayanan gereja dan masyarakat. Namun tujuan utama supaya kita dengan menuntut ilmu semakin bertanggung jawab dalam pengabdian, semakin menjadi pengikut Kristus yang setia. Dan dalam hubungannya dengan keadaan zaman sekarang justru kita semakin dituntut lebih peka untuk membedakan atau memisahkan mana kehendak Tuhan dan mana yang bukan kehendak Tuhan. Sehingga kita memelihara, menerapkan anugerah - anugerah Allah yang sudah kita kembangkan dengan tepat di zaman ini dalam pengadian kita.
Para suster yang pertama menempati adalah: Sr. Hyasinta ( dari Regio Sumatera ), Sr. Adriana Turnip ( dari Regio Sumatera ) dan Sr. Anna Maria Haryani ( dari Regio Jawa Kalimantan ).
Karena komunitas di Babarsari letaknya kurang mendukung tempat studi dan dirasa kurang nyaman maka rumah studi pindah ke Jalan Rajawali No 3- A Demangan Baru

Visi:
Dalam suasana persaudaraan komunitas student SFD menemukan kehendak Tuhan melalui studi, hidup bersama dan peristiwa hidup sehari hari guna melanjutkan karya pelayanan bagi masyarakat dan Gereja.
Misi:
Dengan meneladan Yesus Kristus dan Bapa Fransiskus yang menganggap setiap orang sebagai saudara, setiap suster mampu secara bersama-sama terbuka dan tanggap situasi sekitar yang diwujudkan melalui:
Hidup doa, hidupi kaul, perhatian kepada sesame dan karyawan, keterlibatan dalam Gereja dan masyarakatdan belajar dengan tekun

5.     Komunitas Gita Sang Surya Tigaraksa
Sejarah singkat
Berawal dari adanya raker di Jakarta pada tahun 1991, Mgr. Leo Soekoto mendukung Kongregasi untuk membuka komunitas di Tigaraksa dan Bekasi. Bekasi sudah ditempati banyak Kongregasi, sehingga diputuskan untuk memilih Tigaraksa.
Sr. Rafael dan Sr. Veronika meminta informasi dari Bapak Uskup Keuskupan Agung  Jakarta, Mgr. Leo Soekoto untuk mengawali pembukaan komunitas di Tigaraksa. Bapak Uskup mengatakan memang dimulai dari bawah, kalau sudah mulai pasti orang- orang dari daerah tersebut akan menerima.
Dalam rapat Dewan Regio Sumut diputuskan untukmembuka komunitas di Tigaraksa dengan anggota Sr. Bernadet Saragih dan Sr. Bonifasia dengan memulaikarya kesehatan dan pendampingan buruh dan TK. Dan dalam proses menuju unifikasi anggota komunitas dicoba kedua Regio. Tahun- tahun terakhir ini hanya suster- suster dari Sumatera.
Kongregasi merasa tidak enak karena kuatnya pengaruh Islam sehingga sampai sekarang sangat sulit untuk membangun karya. Karya yang ada sekarang dibangun oleh Panca Wiratama Sakti ( PWS ) dan kita dipercaya untuk mengelolanya.
Awal komunitas Tigaraksa diperuntukkan untuk kaum buruh putera dan puteri. Lama kelamaan kaum buruh mencari tempat yang lebih dekat denganlokasi kerja, mengingat transportasi yang sangat mahal.
Permohonan kepada Keuskupan untuk mendirikan rumah yang lebih luas, supaya suster pendamping buruh mendapat tempat tinggal di bagian tengah rumah suster, bagian lain untuk buruh.
Perkembangan karya sekolah TK, SD, dan SMP Strada Tunas Harapan dalam naungan Yayasan Fioretti menjadikan anggota komunitas bertambah. Keuangan Komunitas yang pada awalnya mampu dikelola secara mandiri pada tahun terakhir ini masih dibantu dari Keuangan Pulau Sumatera.
Visi:
Persekutuan yang membangun persaudaraan yang mengimani bahwa Tuhan adalah Bapa semua orang, mencintai dan meninggikan semua orang.

Misi:
Melayani orang- orang kecil dengan penuh persaudaraan dan kegembiraan lewat:
ü Pendampingan kaum buruh
ü Pendampingan kaum muda
ü Pendidikan dan pengajaran
ü Pelayanan kesehatan

COMMENTS

Nama

Artikel,37,berita,10,carousel,10,Dies Natalis 215 Tahun,1,Ekspo Panggilan,1,Feature,7,galeri,5,Indahnya Persaudaraan,2,Kalimantan Barat,1,Kontak kami,1,pastoral,5,pendidikan,7,pendiri,1,Sosial,1,Tulisan Populer,4,Tulisan terbaru,3,ujud kerasulan doa SFD,1,utama,18,Visitasi di Banjarmasin,1,Week End di Pati,4,
ltr
item
Kongregasi Suster-Suster Fransiskus Dina (SFD) | Indonesia: Komunitas SFD Pulau Jawa
Komunitas SFD Pulau Jawa
Kongregasi Suster-Suster Fransiskus Dina (SFD) | Indonesia
http://www.kongregasi-sfd.org/2020/02/komunitas-sfd-pulau-jawa.html
http://www.kongregasi-sfd.org/
http://www.kongregasi-sfd.org/
http://www.kongregasi-sfd.org/2020/02/komunitas-sfd-pulau-jawa.html
true
2806446007423684193
UTF-8
Muat Semua Tulisan tidak ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Home PAGES POSTS Lihat Semua Direkomendasikan LABEL Arsip CARI Semua Tulisan Tuisan yang anda cari tidak ditemukan Kembali Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy