Merdeka di Ujung Senja

Menjelang peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, keheningan dan kesenyapan menemaniku dalam retret tahunan kali ini. Heningnya malam menciptakan nuansa tersendiri bagiku melihat sudah banyak Susterku di garis usia senja pun juga menyadarkan aku bahwa pada akhirnya aku juga akan seperti mereka. Diusia yang demikian, dengan khusuk dan serius mereka mengikuti pertemuan demi pertemuan yang dibawakan oleh seorang Rohaniwan Fransiskan. Sejenak terlintas peristiwa bersama dengan Suster sepuh. Dalam diam dan sepi masih terjalin komunikasi, saling peduli, saling melayani, saling menuntun oleh karena ada beberapa saudari yang bermasalah dengan kaki, mata dan juga daya ingat. Aura kebahagiaan dan kedamaian memancar dari setiap wajah ayu Suster sepuh. Mereka merasakan bahwa mereka diperhatikan dan dimengerti  oleh Suster yang muda. 

 
Akal pikiranku pun merambat, sudah saatnya mereka mencecap kebahagiaan, kedamaian dan perhatian sehingga mereka at home tinggal di biara guna menikmati masa-masa indah sisa hidupnya. Dan bila tiba saatnya Tuhan memanggil, dengan jiwa tenang dan damai mereka siap menghadap Tuhan Yang Kuasa. Tentu pada masa mudanya, mereka sudah berpeluh keringat berjuang melanjutkan karya misi Allah demi kerajaan-Nya dan juga demi Kongregasi. Namun kini, karena termakan oleh usia yang semakin senja dan dibarengi oleh sakit penyakit, mereka sudah tidak mampu berkarya.
Entah mengapa menyaksikan semua itu, pikiranku sampai pada  Bangsa Indonesia yang beberapa hari lagi akan merayakan Hari Kemerdekaan dan satu tahun lagi akan merayakan pesta demograsi rakyat menyambut Presiden terpilih. Mungkin saja pikiranku terganggu karena dari luar tembok biara sayup-sayup terdengar bunyi drum band anak SD.
Usia kemerdekaan Indonesia genap 73 tahun, sama dengan usia susterku yang sudah sepuh, bahkan ada yang sudah 83 tahun. Muncul pertanyaan dalam benakku, sudahkah warga Indonesia merasakan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan yang merata di bumi pertiwi sama seperti Susterku yang sepuh itu?

Indonesiaku di usia 73 tahun



Kemerdekaan Indonesia sudah memasuki usia yang ke 73, usia di mana seorang  manusia masuk dalam fase usia lanjut ( lansia ). Pemazmur mengatakan bahwa batas umur manusia 70 tahun dan jika kuat 80 tahun. Dan kini usia RI sudah 73 tahun. Usia 73 tahun merupakan usia yang cukup dewasa bagi negeri ini untuk merefleksikan, mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.
Bung Karno pernah mengatakan bahwa perjuangan melawan penjajah lebih mudah dibanding dengan perjuangan melawan saudara sebangsa. Tidak bisa dipungkiri, kekhawatiran Bung Karno terjadi saat ini, isu SARA dan Ormas ditempuh untuk kepentingan politik dan agama sehingga bangsa mengalami keterpecahan. Tahun politik semakin memanas. Sang Saka Merah Putih menitikkan air mata menyaksikan semua itu, ada pihak yang masih kurang puas dengan kinerja pemimpin yang menurut hematku sangat luar biasa. Ada pihak yang kecewa oleh karena kecewa dengan kenyataan bahwa dia kurang mampu atau terlalu ambisi.  
Untuk itu sudah waktunya kaum muda bangsa bergerak bersama merebut ketenangan jiwa bumi pertiwi ini. Sudah waktunya diusianya ini, bumi pertiwi Indonesia mengalami kesejahteraan dan kedamaian. Sebagaimana Para Suster muda berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada suster sepuh, saatnyalah kita bangun dan bangkit  memperjuangkan kebhinekaan/ keberagaman dan perbedaan pendapat sehingga pada perayaan 100 tahun nanti seluruh bangsa dapat menikmati kemajuan. Caranya tidak perlu susah-susah, cukup dengan mengisi kemerdekaan dalam hal sederhana sesuai dengan tanggung jawab kita masing-masing. Dengan tidak membuat onar dan menyusahkan orang lain juga sebuah bentuk rasa kecintaan kita terhadap tanah air ini.

Kemerdekaan bantin
Berbicara dengan peristiwa kemerdekaan, saya teringat dengan perjuangan Bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir dalam Perjanjian Lama. Dengan diangkatnya tongkat Harun tinggi-tinggi membawa berkat dan muzijat bagi Bangsa Israel tetapi tulah bagi Bangsa Mesir. Demikian juga sebaliknya, apabila tongkat Harun diturunkan maka kekalahan ada di pihak Israel.  Tongkat disini menurutku ibarat bendera Merah Putih bagi bangsa Indonesia. Berkat perjuangan para Pahlawan, Sang Saka Merah Putih berhasil dikibarkan hingga sekarang.
Sedangkan bagiku, tongkat dan bendera merupakan simbol salib kebanggaan yang harus ditinggikan. Sedikit saja lengah maka setan akan datang dengan menawarkan kenikmatan semu yang dapat meruntuhkan salib kemenangan kita.
Saya jadi teringat dengan tokoh idola saya yaitu St. Fransiskus dari Assisi, yang kebetulan pada hari retret ini kami geluti bersama. Hal yang mendominasi kehidupannya adalah renungan tentang sengsara Yesus. Sambil bercucuan air mata ia masuk dalam kontemplasi salib. Dia ingin merasakan penderitaan Yesus, sehingga dia dianugerahi 5 tanda luka Yesus di kayu Salib.
Dari teladan St. Fransiskus mengajari saya untuk bangga dengan salib kita masing-masing, karena dengan salib inilah kita mengalami kemerdekaan batin. Kita dapat meletakkan semua pergumulan kita dibawah kaki salib Yesus dan Dia sanggup membawa pembebasan bagi kita. Yahh….kita harus menumbuhkan semangat juang yang berbenderakan Merah Putih. Dalam arti selalu siap mengangkat bendera salib tinggi-tinggi dan tidak akan melepaskan hingga titik darah penghabisan.  Dengan kekuatan salib segala ketakutan, derita dan godaan dapat diatasi.  SALAM MERDEKA
( Sr. Giovani Purba )

COMMENTS

Nama

Artikel,37,berita,10,carousel,10,Dies Natalis 215 Tahun,1,Ekspo Panggilan,1,Feature,7,galeri,5,Indahnya Persaudaraan,2,Kalimantan Barat,1,Kontak kami,1,pastoral,5,pendidikan,7,pendiri,1,Sosial,1,Tulisan Populer,4,Tulisan terbaru,3,ujud kerasulan doa SFD,1,utama,18,Visitasi di Banjarmasin,1,Week End di Pati,4,
ltr
item
Kongregasi Suster-Suster Fransiskus Dina (SFD) | Indonesia: Merdeka di Ujung Senja
Merdeka di Ujung Senja
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJZ7QXBPD4eY_-WEiNjUoG0ROF0c0rFnQvvr9A7aUrh7U-AGdgdCPXU909X4pbAAeI6YzRMCgxqkCSBeegUThpT4Az03fEMPRD-foXHOPdmLV_HLd71oCtbV7NyUtG0RcN4kvUl1WhQs/s640/IMG20170423104841.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJZ7QXBPD4eY_-WEiNjUoG0ROF0c0rFnQvvr9A7aUrh7U-AGdgdCPXU909X4pbAAeI6YzRMCgxqkCSBeegUThpT4Az03fEMPRD-foXHOPdmLV_HLd71oCtbV7NyUtG0RcN4kvUl1WhQs/s72-c/IMG20170423104841.jpg
Kongregasi Suster-Suster Fransiskus Dina (SFD) | Indonesia
http://www.kongregasi-sfd.org/2019/08/merdeka-di-ujung-senja.html
http://www.kongregasi-sfd.org/
http://www.kongregasi-sfd.org/
http://www.kongregasi-sfd.org/2019/08/merdeka-di-ujung-senja.html
true
2806446007423684193
UTF-8
Muat Semua Tulisan tidak ditemukan LIHAT SEMUA Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Home PAGES POSTS Lihat Semua Direkomendasikan LABEL Arsip CARI Semua Tulisan Tuisan yang anda cari tidak ditemukan Kembali Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy