Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggil kita untuk terlibat dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Ini kita lakukan bukan karena kita hebat, kita pandai, kita pantas, tetapi karena Tuhan telah lebih dulu mencintai dan memanggil kita, sehingga kita ingin menjawab panggilan dan cintaNya. Kita telah merasakan cinta Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita, sehingga kita ingin menanggapi cinta-Nya.
Kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, bukan untuk enak-enak, untuk berpesta pora atau bermalas-malas, tetapi kita ingin digunakan oleh Tuhan untuk terlibat dalam karya perutusan Tuhan sendiri. Dengan demikian kaul kita ini kaul demi terlibat dalam perutusan Gereja dan keselamatan umat manusia.
Penyerahan diri penuh kepada Tuhan, kita wujudkan dalam bentuk ketiga kaul yaitu, kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Dengan kaul ketaatan kita hanya ingin menaati kehendak Tuhan karena kehendak Tuhan kita yakini sebagai yang paling utama dan paling baik, sedangkan kehendak kita tidak. Memang kita boleh mempunyai kehendak sendiri, tetapi berhadapan dengan kehendak Tuhan, kehendak Tuhanlah yang kita utamakan dan kita lakukan.
Dengan kaul kemiskinan, kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang bernilai bagi hidup kita, sedangkan yang lain kita anggap tidak bernilai. Akibatnya, kita mengembangkan sikap lepas bebas terhadap barang, fasilitas, dan bahkan orang. Kita tidak mau terikat pada harta kekayaan termasuk orang lain. Dengan kaul kemurnian kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan yang paling berharga bagi hidup kita, sehingga kita tidak mau menikah atau membangun keluarga. Cinta kita penuh kepada Tuhan sehingga tidak membagi kepada yang lain.
Mari belajar dari Yesus, meskipun tidak berkaul, tetapi Ia menghidupi gaya hidup berkaul, bagaimana menjadi taat, miskin dan murni. Yesus hidup dalam penyerahan diri total kepada Allah, maka Ia selibat dan tidak menikah. Yesus tidak menikah, jelas itu merupakan pilihan bebas Dia. Dia memilih tidak menikah karena hanya mau menomorsatukan Allah, mau berserah kepada Allah secara total. Yesus juga hidup sederhana. Ia hidup sebagai tukang kayu dan juga hidup sederhana bersama para murid-Nya. Ia tidak mempunyai jaminan harta kekayaan dalam hidup-Nya. Bahkan, waktu-Nya banyak di jalan dalam mewartakan kabar gembira.
Yesus melayani siapa pun dengan hati, maka Ia dapat jatuh cinta dan dijatuhi cinta. Ia melayani dan bergaul dengan siapa pun. Namun, Ia mempunyai radar, yaitu suara hati-Nya. Kalau Ia merasa bahwa ada seseorang atau kelompok ingin menikmati kesenangan dengan Yesus sendiri, Ia mengundurkan diri. Ia tidak mau terikat pada seseorang atau sekelompok orang. Ia ingin melayani semuanya.
Yesus kuat dalam hidup berkaulnya kiranya karena kesatuan-Nya dengan Allah BapaNya yang begitu dekat. Ia selalu mengusahakan bertemu, berelasi, dan berkomunikasi dengan BapaNya, sesibuk apa pun tugasNya. Kesatuan dengan Bapa inilah yang menguatkan Dia. Kita pun sama, kita akan kuat dalam penghayatan kaul kita, bila kita sungguh bersatu dengan Tuhan sendiri. Maka, kesatuan dengan Tuhan dalam doa kita, sangat penting. (bdk kons Bab II art. 8 & 12)
Kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, bukan untuk enak-enak, untuk berpesta pora atau bermalas-malas, tetapi kita ingin digunakan oleh Tuhan untuk terlibat dalam karya perutusan Tuhan sendiri. Dengan demikian kaul kita ini kaul demi terlibat dalam perutusan Gereja dan keselamatan umat manusia.
Penyerahan diri penuh kepada Tuhan, kita wujudkan dalam bentuk ketiga kaul yaitu, kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Dengan kaul ketaatan kita hanya ingin menaati kehendak Tuhan karena kehendak Tuhan kita yakini sebagai yang paling utama dan paling baik, sedangkan kehendak kita tidak. Memang kita boleh mempunyai kehendak sendiri, tetapi berhadapan dengan kehendak Tuhan, kehendak Tuhanlah yang kita utamakan dan kita lakukan.
Dengan kaul kemiskinan, kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang bernilai bagi hidup kita, sedangkan yang lain kita anggap tidak bernilai. Akibatnya, kita mengembangkan sikap lepas bebas terhadap barang, fasilitas, dan bahkan orang. Kita tidak mau terikat pada harta kekayaan termasuk orang lain. Dengan kaul kemurnian kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan yang paling berharga bagi hidup kita, sehingga kita tidak mau menikah atau membangun keluarga. Cinta kita penuh kepada Tuhan sehingga tidak membagi kepada yang lain.
Mari belajar dari Yesus, meskipun tidak berkaul, tetapi Ia menghidupi gaya hidup berkaul, bagaimana menjadi taat, miskin dan murni. Yesus hidup dalam penyerahan diri total kepada Allah, maka Ia selibat dan tidak menikah. Yesus tidak menikah, jelas itu merupakan pilihan bebas Dia. Dia memilih tidak menikah karena hanya mau menomorsatukan Allah, mau berserah kepada Allah secara total. Yesus juga hidup sederhana. Ia hidup sebagai tukang kayu dan juga hidup sederhana bersama para murid-Nya. Ia tidak mempunyai jaminan harta kekayaan dalam hidup-Nya. Bahkan, waktu-Nya banyak di jalan dalam mewartakan kabar gembira.
Yesus melayani siapa pun dengan hati, maka Ia dapat jatuh cinta dan dijatuhi cinta. Ia melayani dan bergaul dengan siapa pun. Namun, Ia mempunyai radar, yaitu suara hati-Nya. Kalau Ia merasa bahwa ada seseorang atau kelompok ingin menikmati kesenangan dengan Yesus sendiri, Ia mengundurkan diri. Ia tidak mau terikat pada seseorang atau sekelompok orang. Ia ingin melayani semuanya.
Yesus kuat dalam hidup berkaulnya kiranya karena kesatuan-Nya dengan Allah BapaNya yang begitu dekat. Ia selalu mengusahakan bertemu, berelasi, dan berkomunikasi dengan BapaNya, sesibuk apa pun tugasNya. Kesatuan dengan Bapa inilah yang menguatkan Dia. Kita pun sama, kita akan kuat dalam penghayatan kaul kita, bila kita sungguh bersatu dengan Tuhan sendiri. Maka, kesatuan dengan Tuhan dalam doa kita, sangat penting. (bdk kons Bab II art. 8 & 12)
Video
/fa-clock-o/ TRENDING$type=list
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
Pembaharuan Kaul Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggi...
-
Sejarah Lahirnya SFD di Dongen Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes Dongen mulai terbentuk akibat Revolusi Perancis pada tahun 1789...
-
Sr. Laurensia Girsang SFD Merdunya kicauan burung-burung yang hinggap di pepohonan nan rindang diantara taman biara menyambut kehadiran sang...
RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0
RECENT$type=list-tab$date=0$au=0$c=5
REPLIES$type=list-tab$com=0$c=4$src=recent-comments
RANDOM$type=list-tab$date=0$au=0$c=5$src=random-posts
/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
COMMENTS