“
Ikan –ikan yang besar, tanpa dijaring sudah masuk di sekolah Katolik, maka
jaringlah ikan-ikan kecil agar mereka juga mencicipi pendidikan di sekolah
Katolik”. Demikian salah satu kalimat yang terungkap dari yang mulia Mgr.
Julius Darmaatmadja, SJ, yang waktu itu
menjadi Uskup Agung di KAJ, saat kunjungan pastoral beliau ke Paroki St Odilia
Citra Raya Tangerang.
Sehabis perayaan Ekaristi pada hari Minggu itu, kami
semua yang berkarya di pendidikan Katolik di Paroki St Odilia Citra Raya
Tangerang diundang oleh beliau untuk bersambung rasa tentang kehidupan
menggereja di Sekolah Katolik yang ada di wilayah Paroki St Odilia. Dalam
pertemuan dengan Uskup Agung itu, saya
sangat terkesan dengan ungkapan beliau seperti tertulis awal tulisan sederhana
ini. Saya sangat tergugah dengan itu dan sepertinya didorong agar segera
mencari ikan-ikan yang mungkin belum terjaring. Ikan-ikan yang beliau maksud
adalah anak-anak usia sekolah khususnya tingkat SD SMP dari umat yang beragama
Katolik akan tetapi karena ketidakmampuan secara ekonomi tidak sekolah di
sekolah Katolik. Mengapa anak-anak kita, kita biarkan dididik oleh orang lain,
kalau bukan kita yang mendidik lalu siapa? Pertemuan singkat samun berkesan
dengan cara beliau yang lemah lembut tapi cukup membuat saya “tersentak”.
Tersentak, karena di awal tahun sebelumnya ada anak-anak dari umat Katolik
terpaksa menarik anaknya dari Sekolah Strada Tigaraksa karena akan ada kakaknya
yang akan melanjutkan ke SMA dan adiknya yang akan masuk SD. Mereka tidak mampu
membayar uang sekolah jika harus di sekolah Strada, ditambah lagi biaya
transport yang besar (untuk ukuran keluarga mereka) karena jarak sekolah dengan
tempat tinggal mereka jauh (misalnya, Cikasungka salah satu stasi di Paroki St
Odilia Citra Raya).
Tidak lama setelah itu, saya bersama dengan
teman-teman di Yayasan/ Guru /Pegawai di bawah naungan Yayasan Fioretti
Tigaraksa – Tangerang yang berkarya dalam bidang pendidikan TK, SD dan SMP
Strada Tunas Harapan (saat itu namanya), yang sebenarnya termasuk Yayasan “ikan
kecil” juga untuk ukuran Keuskupan Agung Jakarta, sepakat dan berusaha mencari
dengan mengutus semua guru/pegawai untuk terlibat dalam semua lingkungan yang
ada di sekitar Tigaraksa yang masuk ke Paroki St Odilia, al. Tigaraksa,
Cikasungka, Adiasa dan Cisoka. Semua guru/pegawai terlibat selain dalam doa
lingkungan juga mengajar sekolah minggu di stasi yang jauh dari gereja St
Odilia Citra Raya. Di Paroki St Odilia hanya ada satu gereja Katolik, sehingga
kehadiran para guru dan pegawai Strada Tunas Harapan sangat berarti dan bermanfaat
untuk stasi tersebut. Hampir semua stasi memiliki jarak yang jauh dari Gereja
sehingga hampir semua membutuhkan waktu dan transportasi ke Gereja. Sementara
kondisi ekonomi umat Katolik yang ada di daerah Tigaraksa boleh dikatakan termasuk menengah ke bawah
karena pada umumnya orang tua mereka bekerja sebagai buruh atau bekerja di
pabrik, dan juga umumnya hanya ayah yang bekerja. Bagi umat yang memiliki sepeda
motor pun agak sulit jika mereka sudah memiliki anak 2 (dua) atau 3 (tiga)
apalagi sudah ada yang dewasa. Dan hampir semua umat Katolik yang ada di daerah
itu adalah pendatang dari luar daerah. Umumnya mereka tinggal di perumahan yang
pembayarannya dengan cicilan dari upah mereka sebagai buruh.
Kondisi ekonomi yang demikian membuat mereka tidak
mampu menyekolahkan putera-puteri mereka di sekolah Katolik. Belum lagi jika
mereka ada yang sakit. Benar, memang dari data yang ada di sekolah kami bahwa,
hanya 20 % dari jumlah siswa itu yang beragama Katolik, baik TK, SD maupun SMP.
Saya bersyukur bahwa dari antara guru/pegawai rela
dan siap untuk melakukan tugas tersebut. Yayasan maupun sekolah sama sekali
tidak ada membantu mereka, bahkan bensin sepeda motor mereka pun mereka sendiri
yang menanggung. Saya sungguh salut dan bangga dengan kesiapan para guru/
pegawai Strada saat itu. Mereka luar biasa dan rela berkorban. Berjalan satu
semester kami mengadakan evaluasi dengan salah satu kegiatan menggereja tersebut,
dan mereka mengakui bahwa mereka bahagia dalam melakukan tugas itu. Salah satu
sharing mereka adalah: Mereka dijamu sangat akrab oleh stasi tersebut dan ada
juga yang diberi oleh-oleh sayuran, ayam, baju hujan, dan yang lain. Kehadiran
mereka sangat dirindukan. Dari sharing itu jugalah kami dapat data bahwa memang
benar, masih ada anak-anak yang beragama Katolik (meski sedikit) yang tidak
sekolah di Sekolah Katolik karena mereka tidak mampu secara ekonomi. Sebenarnya
uang sekolah di sekolah Strada Tunas Harapan tersebut tidak terlalu besar dan
bukan itu yang menjadi keluhan mereka, akan tetapi jarak antara rumah tempat
tinggal dan sekolah yang sangat jauh sehingga harus membayar transportasi yang
mahal.
Dengan sharing tersebut, kami mencoba mencari orang
tua asuh di antara orang tua siswa-siswi kami dengan mengadakan pendekatan
kepada beberapa orang tua yang menurut kami lebih mampu secara ekonomi, dan
juga kami bekerja sama dengan Romo Paroki Odilia agar membantu anak-anak
tersebut untuk membayar uang sekolah sehingga bisa membantu biaya transportnya.
Hal sederhana lain yang kami lakukan adalah, setiap akhir bulan saat gajian,
setiap guru/pegawai wajib memberikan sumbangan dengan rela hati untuk
dikumpulkan, dan dari sumbangan tersebut bisa membantu, misalnya uang sekolah,
pakaian seragam atau apa saja yang menjadi kebutuhan siswa yang benar –benar
tidak mampu. Kami beri nama “Persembahan Janda Miskin (PJS), dan memang
terinspirasi dari teks tersebut “memberi dari kekurangan” (bdk. Markus 12: 41
-44). Demikian, adanya komunikasi di
intern Yayasan kecil itu, dan juga dengan orang tua siswa-siswi, masyarakat dan Romo Paroki di Paroki St Odilia
Citra Raya Tangerang. Dalam melakukan
kegiatan hari Raya kenegaraan, sekolah dan masyarakat juga bekerja sama, misalnya
saat perayaan kemerdekaan HUT Republik Indonesia, bersama masyarakat, kami
merencanakan kegiatan bersama, lomba olahraga (bola volly dan tarik tambang),
panjat pinang, dan makan bersama setelah
upacara bendera bersama dengan panitia, masyarakat dan guru / pegawai sekolah
Strada Tunas Harapan. Demikian juga hari raya keagamaan, perayaan Natal, Paskah
dan juga hari raya Idul Fitri.
Dengan keterlibatan guru/pegawai tersebut dalam
setiap lingkungan dan kegiatan kemasyarakatan, akhirnya bukan hanya yang
beragama Katolik yang mendaftar ke Sekolah Strada, akan tetapi semakin
bertambahlah jumlah siswa yang mendaftar karena masyarakat melihat bagaimana
keterlibatan guru/pegawai Strada saat itu.
Disamping itu, kami juga sangat terbantu dengan
Pengurus Perkumpulan Strada yang membantu Yayasan Fioretti “yang kecil” untuk
memberi masukan baru tentang pendidikan yang berkembang di KAJ, misalnya
tentang perubahan kurikulum dan juga memberi motivasi sebagai guru di sekolah
Katolik. Kami diikutsertakan dalam berbagai kegiatan pendidikan yang semua
dananya ditanggung oleh Perkumpulan Strada Jakarta. Demikian juga dengan MPK –
KAJ, saat kami mengajukan dana untuk melakukan kegiatan di sekolah, merekapun
sangat antusias dan membantu kami setelah kami mengajukan proposal.
Berkarya selama kurang lebih 6 (enam) tahun di
Yayasan Fioretti Tigaraksa – Tangerang Paroki St Odilia Citra Raya sejak
Agustus 2005 sampai dengan 2011, sungguh pengalaman yang sangat membangun
panggilan saya sebagai seorang religius, komunikasi yang baik antara Para Romo
yang berkarya di Paroki St Odilia dan kami sebagai religius juga bersama umat
yang sangat akrab. Kami dipercaya membantu persiapan komuni pertama, babtisan
bayi, krisma maupun persiapan sakramen perkawinan. Paroki juga sangat terbantu
dengan kehadiran Ordo Salesian Don Bosco (SDB) di Tigaraksa, di mana aula SDB sering digunakan untuk tempat pembinaan iman
umat sehingga umat yang di sekitar Tigaraksa tidak perlu terlalu jauh ke Citra
Raya. Juga hubungan baik dengan Perkumpulan Strada maupun MPK KAJ yang siap
membantu saat dibutuhkan. Bukan kecil atau besar yang menjadi ukuran untuk
berkarya tetapi bagaimana saya bisa menjaring ikan-ikan kecil sehingga masuk
dalam kumpulan besar. Bravo KAJ. ( Sr. Frederika Sipayung SFD )
Video
/fa-clock-o/ TRENDING$type=list
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
Pembaharuan Kaul Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggi...
-
Sejarah Lahirnya SFD di Dongen Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes Dongen mulai terbentuk akibat Revolusi Perancis pada tahun 1789...
-
Sr. Laurensia Girsang SFD Merdunya kicauan burung-burung yang hinggap di pepohonan nan rindang diantara taman biara menyambut kehadiran sang...
RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0
RECENT$type=list-tab$date=0$au=0$c=5
REPLIES$type=list-tab$com=0$c=4$src=recent-comments
RANDOM$type=list-tab$date=0$au=0$c=5$src=random-posts
/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...