Sebelum menuangkan renungan ini dalam sebuah tulisan, rasanya patutlah saya mengungkapkan bahwa Tuhan sungguh mencintaiku hingga detik ini. Di tengah situasi pendemi COVID-19 ini dengan pemberlakuan PSBB mulai Maret 2020, rasanya hidupku sedikit berubah dalam berbagai hal, terutama caraku berpikir, caraku merasa dan bertindak sesuai dengan persepktifku sendiri tentang hidup dan kehidupan. Aneh mungkin dan kok baru sadar ya, itulah pengaruh COVID-19 ternyata dampaknya luar biasa.
Masa Pandemi sudah berlangsung ± 4 bulan (Maret-Juli 2020), dan banyak hal tentunya yang sudah kita alami dan sangat mempengaruhi baik dalam kehidupan bersama, berkarya, dan terutama dalam hidup doa. Melalui tulisan ini saya mencoba berbagi apa yang kurasakan, kupikirkan dan kualami selama masa pandemi ini.
a. Hidup Bersama
Kehidupan bersama bagi saya itu sangat penting dan kekuatanku dalam menapaki hidup panggilan. Kedekatan satu sama lain dalam kehidupan berkomunitas sungguh memberikan kekuatan positif dalan rutinitas hidup sehari-hari. Di tengah pandemi COVID-19 ini ternyata rasa itu sugguh nyata. Keberadaan dan kehadiran kami satu dengan yang lain menjadi semakin dekat, cukup mengenal, karena intensitas waktu untuk bertemu sangat banyak dibandingkan sebelum pandemi yang biasanya makan siang bersama jarang sekali dilakukan, pagi makan bersama tetapi cepat-cepat, dan biasanya malam baru bisa lebih santai dan cukup lama di ruang makan. Tetapi selama pandemi COVID-19 ini semua itu berubah dengan sendirinya. Waktu untuk bersama cukup banyak, sehinga waktu untuk saling mengenal, memahami, satu sama lain cukup banyak. Selain itu, rasa saling memperhatikan kesehatan sesama, rasa saling memiliki sebagai saudari dan keluarga melalui perhatian seperti mencari kalau tidak muncul saat makan dan berdoa itu seperti sudah kewajiban yang harus dihidupi. Itu semua menjadi sesuatu yang positif untuk dipelihara di masa yang akan datang. Teryata COVID-19 membawa dampak positif juga bagiku/ bagi kami/bagi kita.
Namun kecemasan dan ketakutan di tengah pandemi ini, menjadi moment yang penting dan berharga dalam hidup bersama sebagai saudari, karena situasi kehilangan yang ada di sekitarku. Mendengar ada umat atau kenalan yang meninggal, sejenak aku berpikir di keluargaku, komunitasku, maka saat sepertri inilah aku merasakan takut kehilangan orang-orang terdekatku, sekomunitasku, dan sejenak mengungkapkan doa“ Tuhan lindungilah kami di tengah wabah COVID ini semoga kami semua tetap sehat dan utuh”. Saat seperti ini aku sungguh menyadari bahwa sesamaku sekomunitas adalah bagian dari perjalanan hidupku.
b. Hidup Karya
Selama masa pandemi ini, sebelum ke Banjarmasin, saya sebentar di Boyolali, dan minggu terakhir bulan Maret saya ke Banjarmasin untuk mengikuti rapat. Waktu berangkat saya sudah merencanakan hanya dua atau tiga hari di Banjarmasin dan langsung pulang selesai rapat. Maka segala yang berkaitan dengan tugas di sekolah (Boyolali) dan penyelesaian Tugas akhir kuliahku, untuk sementara kutinggalkan di Boyolali, dan sepulang dari Banjarmasin baru kuteruskan.
Ternyata rancanganku bukanlah rancangan-Nya dan rencanaku bukanlah rencana-Nya, ternyata satu hari di Banjarmasin langsung berlaku PSBB secara nasional. Sedikit kaget, bingung, bagaimana dengan semua yang sudah kurencanakan? Dari kampus ada pemberitahuan bahwa semua proses perkuliahan, termasuk menyelesaikan tugas akhir bagi mahasiswa semua dilaksanakan secara online. Lebih bingung lagilah aku. Konsultasi/ bimbingan secara online bagaimana ya caranya? Kemudian file untuk kukonsultasikan juga yang lengkap kutinggalkan di Boyolali, ya sudahlah, namun tetap kucari informasi baik ke Kampus juga dari teman-teman, dan singkat cerita berkat pertolongan para Suster di Boyolali juga rekan Guru di TK Santo Fransiskus, semua itu bisa teratasi. Untuk pekerjaanku bersama para guru di TK Santo Fransisikus semua bisa berjalan, itu semua karena berkat Tuhan melalui Para Suster di Boyolali dan para guru yang luar biasa, sehingga tutup TP. 2019/2020 bisa berjalan baik.
Dalam menjalankan tugas pelayananku di Yayasan di tengah pandemi COVID-19 yang serba asing dan baru, dan kadang bingung mengatasi kesulitan yang terjadi di lapangan atau unit, dengan rendah hati kukatakan bahwa itu tidak mudah, apalagi sambil merampungkan tugas akhir kuliahku. Namun berkat Tuhan melalui para Suster sebagai rekan kerja yang sungguh sangat memahami situasi itu juga menjadi berkat bagiku dalam menjalankan tugas. Di tengah pandemi COVID-19 ini memang kita belajar untuk saling memahami cara kita bekerja sama satu dengan yang lain, karakter untuk menghadapi satu sama lain, juga membuatku belajar untuk tidak cepat merespon, tetapi mendengarkan dulu, dan ternyata itu lebih baik, yang perlu ditanggapi ya ditanggapi, yang tidak perlu ditanggapi ya jangan ditanggapi, bekerja lebih banyak itu lebih berkualitas dari pada banyak berbicara.
Maka saya berusaha bahwa bekerja itu bukan karena saya tahu apa yang akan kerjakan, tetapi proses belajar untuk mencari apa yang harus kulakukan, karena setiap saat selalu baru dan tak terduga apa yang akan kuhadapi, dan apa yang harus kulakukan.
Di masa pandemi ini dengan situasi dan kondisi yang mencemaskan semua orang tanpa kecuali membuat saya belajar kratif untuk berpikir dan bernalar, karena situasi saat ini berbeda dengan waktu berikutnya, karena melayani orang banyak dengan segala keberagaman cara berpikirnya membuat kita harus cepat untuk berpikir dan bertindak, dan kreatif untuk mencari solusi karena memang pengalaman itu sungguh baru bagiku. Maka kerendahan hati untuk mendengarkan orang lain, untuk mengakui bahwa kalau saya tidak bisa, orang lain mungkin bisa, dan saya harus mengakui dan belajar darinya, sehingga pekerjaan itu tetap berjalan lancar, dan bisa melayani dengan hati yang baik, dan penuh ketulusan, sehingga hasilnyapun kuyakini akan menjadi lebih baik.
c. Hidup Doa
Kehidupan doa di tengah
pandemi COVID-19 ini, sungguh menguatkan hidupku. Saya tuliskan hal ini karena
doa bersama maupun pribadi di komunitas Banjarmasin selama pandemi ini
sungguh membantu saya untuk memberikan
waktu yang lebih bersama Tuhan, karena
biasanya sebelum pandemi doa bersama siang itu jarang dilakukan karena
kesibukan di tempat tugas masing-masing. Tetapi selama masa pandemi ini waktu
doa bersama diberi intensitas waktu yang cukup banyak, seperti Doa Koronka setiap
siang. Kemudian Doa Rosario bersama, Meditasi, Adorasi, itu sudah dikondisikan
di komunitas ini, dan kami dengan cara masing-masing saling mengingatkan kalau
tidak muncul di kapel entah karena sakit, atau karena kesibukan.
Bagi saya secara pribadi hal ini sangat membantu, karena saya belum terbiasa melakukan Doa Koronka, akhirnya jadi terbiasa, kalau tidak ikut rasanya ada yang terlewati. Namun lebih dalam dari itu adalah dengan doa ini, cukup mengatasi kecemasanku terhadap COVID-19 ini. Dalam doa itu kuyakini Tuhan senantiasa melindungiku, kami, dan kita semua yang kita bawakan dalam doa saat itu.
Kecemasan, kekhawatiran, ketakutan yang sungguh kurasakan selama pandemi ini, dan mungkin itu menjadi kecemasan bersama, ketakutan bersama keprihatinan bersama adalah memikirkan keberlangsungan karya yang kita tangani pada saat ini, banyak muncul pikiran yang tidak jelas dan tidak menentu, bagaimana keberlangsungan karya yang ada ini dengan situasi COVID-19 ini. Apa yang harus kulakukan/kita lakukan? Maka dengan doa ini, saya diteguhkan untuk tetap berharap dan beriman. Hal ini sungguh menguatkan harapanku di tengah pandemi COVID-19 yang sangat mencemasakan dan tidak tahu kapan semuanya akan berlalu.
Dalam renungan ini saya sengaja untuk tidak menulis dampak positif dan negatif dari pandemi COVID-19 ini, tetapi saya lebih nyaman menggunakan kata rahmat dan tantangan yang kutemukan selama menjalani hidup di tengah pandemi COVID-19 ini.
Karena dari pengalaman saya selama masa pandemi ini, saat saya memikirkan sesuatu itu cukup menyita waktu dan tenagaku, dan bisa mempengaruhi pikiranku dan akan memberi respon terhadap kesehatanku, jadi munculnya bisa sakit kepala, dll. Nah kalau sudah sakit kepala sakit yang lain bisa muncul, dan itu sangat mengganggu dan bisa juga mempengaruhi imun ditubuhkan, dan hal ini harus kuhindari di masa pandemi ini. Menakutkan dan mencemaskanku. Maka aku berusaha lebih dominan melihat segi positif dalam diriku dan dalam diri orang lain, itu akan membantu menaikan imun dalam diriku, karena kondisi imun harus tetap terjaga di masa pandemi COVID-19 ini supaya tetap sehat dan bertahan hidup.
Di tengah masa pendemi COVID-19 yang masih melanda sampai saat ini, tantangan sekaligus rahmat bagiku, maka ada beberapa hal yang kutemukan dan itu sangat mempengaruhi hidupku dalam caraku merasa, berpikir, dan bertindak, seperti:
Bagi saya secara pribadi hal ini sangat membantu, karena saya belum terbiasa melakukan Doa Koronka, akhirnya jadi terbiasa, kalau tidak ikut rasanya ada yang terlewati. Namun lebih dalam dari itu adalah dengan doa ini, cukup mengatasi kecemasanku terhadap COVID-19 ini. Dalam doa itu kuyakini Tuhan senantiasa melindungiku, kami, dan kita semua yang kita bawakan dalam doa saat itu.
Kecemasan, kekhawatiran, ketakutan yang sungguh kurasakan selama pandemi ini, dan mungkin itu menjadi kecemasan bersama, ketakutan bersama keprihatinan bersama adalah memikirkan keberlangsungan karya yang kita tangani pada saat ini, banyak muncul pikiran yang tidak jelas dan tidak menentu, bagaimana keberlangsungan karya yang ada ini dengan situasi COVID-19 ini. Apa yang harus kulakukan/kita lakukan? Maka dengan doa ini, saya diteguhkan untuk tetap berharap dan beriman. Hal ini sungguh menguatkan harapanku di tengah pandemi COVID-19 yang sangat mencemasakan dan tidak tahu kapan semuanya akan berlalu.
Dalam renungan ini saya sengaja untuk tidak menulis dampak positif dan negatif dari pandemi COVID-19 ini, tetapi saya lebih nyaman menggunakan kata rahmat dan tantangan yang kutemukan selama menjalani hidup di tengah pandemi COVID-19 ini.
Karena dari pengalaman saya selama masa pandemi ini, saat saya memikirkan sesuatu itu cukup menyita waktu dan tenagaku, dan bisa mempengaruhi pikiranku dan akan memberi respon terhadap kesehatanku, jadi munculnya bisa sakit kepala, dll. Nah kalau sudah sakit kepala sakit yang lain bisa muncul, dan itu sangat mengganggu dan bisa juga mempengaruhi imun ditubuhkan, dan hal ini harus kuhindari di masa pandemi ini. Menakutkan dan mencemaskanku. Maka aku berusaha lebih dominan melihat segi positif dalam diriku dan dalam diri orang lain, itu akan membantu menaikan imun dalam diriku, karena kondisi imun harus tetap terjaga di masa pandemi COVID-19 ini supaya tetap sehat dan bertahan hidup.
Di tengah masa pendemi COVID-19 yang masih melanda sampai saat ini, tantangan sekaligus rahmat bagiku, maka ada beberapa hal yang kutemukan dan itu sangat mempengaruhi hidupku dalam caraku merasa, berpikir, dan bertindak, seperti:
- Kesulitan yang kurasakan dalam menggunakan aplikasi untuk bekerja secara online, maka aku belajar bernalar/berpikir bahwa saya harus belajar menggunakan aplikasi tersebut, sehingga bisa membantuku untuk memperlancar segala pekerjaanku, dan aku yakin bahwa Tuhan akan mengajariku cara menggunakanya melalui orang-orang yang sangat terlibat dalam kehidupanku, dan memang sedikit demi sedikit akhirnya pelan-pelan menjadi bisa.
- Belajar berpikir positif bahwa situasi sesualit apapun, yang tidak mungkin untukku ternyata bagi Tuhan segalanya mungkin dan memang Tuhan selalu ada tepat pada waktu yang kubutuhkan dalam waktu yang sangat terdesak sekalipun.
- Saya diajak untuk selalu berpikir positif bahwa semua orang bisa melakukan pekerjaan dengan baik asal kita percaya padanya bahwa ia sanggup melakukannya, asal kita tulus untuk percaya padanya, demi kepentingan banyak orang.
- Dalam situasi dan kondisi apapun saya senantiasa tetap berharap dan berpasrah kepada-Nya. Maka doa Santo Fransisikus di Depan Salib, menjadi doa favoritku “ Allah yang maha tinggi dan penuh kemuliaan, terangilah kegelapan hatiku dan berilah aku iman yang benar, pengharapan yang teguh dan kasih yang sempurna. Berilah aku ya Tuhan perasaan yang peka dan budi yang cerah, agar aku mampu melaksanakan perintahMu yang kudus dan tak kan menyesatkan”.
Banjarmasin, 04 Juli 2020
Sr. Camilla Maria Fatima Siti, SFD
Video
/fa-clock-o/ TRENDING$type=list
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
Sejarah Lahirnya SFD di Dongen Kongregasi Suster-Suster Fransiskanes Dongen mulai terbentuk akibat Revolusi Perancis pada tahun 1789...
-
Pembaharuan Kaul Inti hidup membiara atau hidup berkaul adalah kita ingin menyerahkan diri penuh kepada Tuhan yang telah memanggi...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
RECENT WITH THUMBS$type=blogging$m=0$cate=0$sn=0$rm=0$c=4$va=0
RECENT$type=list-tab$date=0$au=0$c=5
REPLIES$type=list-tab$com=0$c=4$src=recent-comments
RANDOM$type=list-tab$date=0$au=0$c=5$src=random-posts
/fa-fire/ YEAR POPULAR$type=one
-
MASA ASPIRAN Masa Aspiran merupakan masa dimana para calon dalam tahap paling dini diperkenalkan kehidupan membiara. Pada m...
-
UJUD KERASULAN DOA KWI DAN UJUD DOA SFD INDONESIA TAHUN 2016 PERSEMBAHAN HA...
-
Syukur merupakan kata yang paling pantas dan layak diungkapkan oleh keluarga besar Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina (SFD) karena ...
COMMENTS